Monday, November 21, 2011

Crying Game


Aku terkejut sekali mengetahui ketiga mantan kekasihku ternyata bersahabat. Bukan hanya sahabat biasa tapi sahabat dekat dan hubungan mereka telah berjalan dua puluh tahun lamanya. Anehnya lagi aku tidak pernah mendengar nama mereka selagi aku berpacaran dengan salah satu dari mereka. Wajar bukan bila aku tidak pernah tahu tentang mereka. Bekunya kepalaku membuat aku tak menyadari kebiasaan mereka yang sama. Yaitu; menangis. Aku pun baru tahu hal ini ketika aku berjalan-jalan di sebuah kota kecil yang usianya melebihi kota Jakarta.
*****

Duduk sendiri di sebuah café yang menyuguhkan lagu-lagu Jazz secara live. Sang biduwan menyanyi menawan dan aku dibuat terpukau olehnya. Dan aku tak menyangka, penyanyi itu menghampiri aku setelah selesai membawakan lagu. Dia begitu saja duduk di depanku. Tanpa permisi dan langsung melontarkan pertanyaan yang dia yakin sekali jawabannya.
“Ada apa pria tampan seperti Anda berada di kota kecil ini?” Dia tersenyum tipis. “Sedang mencari kabar berita atau juga ingin bertemu langsung dengan tiga wanita penangis fenomenal di kota ini?” masih lanjut bertanya. Keningnya berkerut, matanya bagai menerawang, senyumnya manis tapi menyebalkan dan aksinya ini menerjang wajahku kilat. Sedangkan aku tak tahu sama sekali apa maksud sang penyanyi jazz ini. Aku hanya mengangkat kedua bahu seraya menyalakan rokok tebal khas kota ini. Belagak cuek,aku lemparkan pandanganku ke jalan raya. “Akh, tidak mungkin Anda kesini cuma berwisata kota saja. Anda pasti juga ingin mendengarkan kisah-kisah antic kota ini, bukan? Jujur saja, malah saya akan membantu Anda secara suka rela. Tahu kenapa? Saat saya berada di atas panggung tadi, bola mata saya tidak lepas menatap Anda. Dari hati kecil saya berbisik bahwa saya harus menceritakan pada Anda,” dia memaksaku agar aku mau mendengar ceritanya.

Lagi pula ada kisah apa sih di kota ini yang membuat dia keras ingin bercerita padaku. Yang aku tahu dari temanku, kota ini dikelilingi pantai berpasir coklat muda keemasan dimana berdiri tebing-tebing beraneka ukuran yang bentuknya bisa bikin mata terpana. Di kota ini juga banyak kuliner menarik dan cipta rasanya telah terkenal di penjuru negeri. Dua hal inilah tujuanku sebenarnya. Tapi tunggu dulu, dia bilang tadi ‘fenomena tiga wanita menangis’? ehm, benar adakah itu? Ah, ini menarik juga untuk ditelusuri. Jadilah aku duduk berjam-jam mendengarkan kisah itu.

Tentang wanita yang menangis ketika memasak.

*Bersambung

No comments:

Post a Comment