Aku terkejut sekali mengetahui ketiga
mantan kekasihku ternyata bersahabat. Bukan hanya sahabat biasa tapi sahabat
dekat dan hubungan mereka telah berjalan dua puluh tahun lamanya. Anehnya lagi
aku tidak pernah mendengar nama mereka selagi aku berpacaran dengan salah satu
dari mereka. Wajar bukan bila aku tidak pernah tahu tentang mereka. Bekunya
kepalaku membuat aku tak menyadari kebiasaan mereka yang sama. Yaitu; menangis.
Aku pun baru tahu hal ini ketika aku berjalan-jalan di sebuah kota kecil yang
usianya melebihi kota Jakarta.
*****
Duduk sendiri di sebuah café yang
menyuguhkan lagu-lagu Jazz secara live. Sang biduwan menyanyi menawan dan
aku dibuat terpukau olehnya. Dan aku tak menyangka, penyanyi itu menghampiri
aku setelah selesai membawakan lagu. Dia begitu saja duduk di depanku. Tanpa
permisi dan langsung melontarkan pertanyaan yang dia yakin sekali jawabannya.
“Ada apa pria tampan seperti Anda
berada di kota kecil ini?” Dia tersenyum tipis. “Sedang mencari kabar berita
atau juga ingin bertemu langsung dengan tiga wanita penangis fenomenal di kota
ini?” masih lanjut bertanya. Keningnya berkerut, matanya bagai menerawang,
senyumnya manis tapi menyebalkan dan aksinya ini menerjang wajahku kilat.
Sedangkan aku tak tahu sama sekali apa maksud sang penyanyi jazz ini. Aku hanya mengangkat kedua
bahu seraya menyalakan rokok tebal khas kota ini. Belagak cuek,aku lemparkan
pandanganku ke jalan raya. “Akh, tidak mungkin Anda kesini cuma berwisata kota
saja. Anda pasti juga ingin mendengarkan kisah-kisah antic kota ini, bukan?
Jujur saja, malah saya akan membantu Anda secara suka rela. Tahu kenapa? Saat
saya berada di atas panggung tadi, bola mata saya tidak lepas menatap Anda.
Dari hati kecil saya berbisik bahwa saya harus menceritakan pada Anda,” dia
memaksaku agar aku mau mendengar ceritanya.
Lagi pula ada kisah apa sih di kota
ini yang membuat dia keras ingin bercerita padaku. Yang aku tahu dari temanku,
kota ini dikelilingi pantai berpasir coklat muda keemasan dimana berdiri
tebing-tebing beraneka ukuran yang bentuknya bisa bikin mata terpana. Di kota
ini juga banyak kuliner menarik dan cipta rasanya telah terkenal di penjuru
negeri. Dua hal inilah tujuanku sebenarnya. Tapi tunggu dulu, dia bilang tadi
‘fenomena tiga wanita menangis’? ehm, benar adakah itu? Ah, ini menarik juga
untuk ditelusuri. Jadilah aku duduk berjam-jam mendengarkan kisah itu.
Tentang wanita yang menangis ketika
memasak.
*Bersambung
No comments:
Post a Comment